WANITA HEBAT KU
Putri Ramizah Ayu
Saat ku sebut namanya
maka dunia kan baik" saja
Saat ku rasa menderita, selagi ada dia
maka sakit itu akan purna
Ada satu mantra
yang jikalau ku sebut Matra nya
Maka sirna semua masalah yg ada
Matra itu adalah “BUNDA”
Siapa kah dia?
Dialah wanita hebat ku
Senyumnya membawa warna baru
Tawanya terdengar merdu
Dan pelukannya membuatku rindu
Wahai wanita hebat ku
Jangan pernah lelah dengan diriku
Kau adalah pahlawan yang tak tau rasa lelah
Tak pernah membuat masalah
Dialah ibuku
Malaikat kesayanganku
RINDU
Putri Ramizah Ayu
Rindu
Siapa yang tak rindu
Ketika wajahnya kini hanya bisa dilihat melalui foto
Suaranya yang kini hanya terdengar melalui audio
Kini ku tahu
Nasihat yang selama ini kau beri
Kebahagiaan yang selama ini kau ajari
Hanya menjadi kenangan abadi
Wahai jiwa yang tak lagi bisa ku temui
Wahai jiwa yang ku rindu setiap hari
Jika waktu bisa diulang kembali
Tak akan ku biarkan engkau pergi
Jika ku tahu akan sesakit ini
Aku tak sanggup
Aku rindu
Kadang terbesit dipikiranku, sampai kapan aku menahan rindu?
Sampai kapan ku bisa tanpamu?
Wahai jiwa yang sangat ku rindu
Ku tahu ini sudah takdir-NYA
Ku berjanji tak akan bersedih terlalu lama
Ku yakin kau sudah bahagia
Karna Tuhan telah mengatur segalanya.
HORMAT
Nadzamuddin Ilham Sholeh
Aku dipaksa berlutut di depan goa harapan yang selalu dijanjikan
Mana janji itu?
Aku menjerit di tengah tuntutan yang selalu diajukan
Kemana dirimu yang dulu?
Janji yang selama ini digaung-gaungkan
Dari engkau yang selalu diagung-agungkan
Dengan sumpah yang terpaksa kuucapkan
Yang kutemukan hanya ada dua pilihan
Berpendapat lalu dicap pemberontak
Atau, diam dan menjadi harimau yang kehilangan taringnya
Yang ada hanya ketakutan dan ketakutan
Hanya kehinaan yang kau dapatkan
Dan bukan kehormatan
Apa hakikat keluarga yang sebenarnya?
PANTAI
Nur Hanida
Di mana pasir putih berbisik lembut,
Dan ombak datang mencium bibir daratan,
Langit biru melengkung, tak tersentuh kabut,
Tempat jiwa mencari sebuah kedamaian.
Desir angin laut, asin menyapa indra,
Nyanyian camar terdengar, riang tanpa jeda,
Nyiur melambai anggun, bagai penari sutra,
Menyambut mentari pagi, atau senja yang mereda.
Di sini, jejak kaki terukir sementara,
Sebelum ombak datang, menghapusnya mesra,
Hati yang resah menemukan penawara,
Dalam luasmu, jiwa kembali ceria.
Cakrawala memanggil, batas pandang mata,
Di mana langit dan laut seolah menyatu,
Dari fajar merekah hingga senja tiba,
Kau setia menemani, tak lekang oleh waktu.
Oh, pantai, kanvas alam yang tiada dua,
Lukisan abadi dari tangan Sang Pencipta,
Tempatku merenung, melupakan semua,
Dan menemukan kembali serpihan sukacita.
Langkah-Langkah Kecil yang Besar
Rofiatul Ummah
Di tengah simfoni gaduh kampus
Kulangkahkan kaki di atas jalan doa yang belum kering
Bukan hanya buku yang membebani pundak
Tapi mimpi-mimpi orang tuaku yang diam-diam bersandar di sana
Pagi menyapa dengan perut bernyanyi
Namun tekad ku lebih nyaring dari lapar yang menggigit
Aku tak sekadar mengejar nilai ipk
Aku sedang mengukir nasib di papan sejarah hidupku sendiri
Kala teman menjelajah mall bagai tamasya
Aku menari di antara sinyal wifi dan tumpukan tugas tak bertepi
Rindu rumah adalah angin yang kerap membelai pipi
Tapi aku tahu, ini adalah harga dari sebuah janji
Pernah ku tumpahkan air mata ini di atas sajadah
Menyamar jadi tawa agar dunia tak tahu lelahku
Aku bukan bintang di langit ternama
Tapi aku pelita kecil yang menolak padam oleh badai
Perjuanganku bukan panggung untuk diri
Tapi altar harapan untuk ibu yang memelukku dalam sujud
Untuk ayah yang bicara dengan peluh, bukan kata
Dan untuk kakak adikku yang menatapku seolah aku cahaya pertama
Aku adalah langkah-langkah kecil yang menggemparkan sunyi
Menapaki lorong kampus dengan nadi yang berisik oleh tekad
Aku tidak sempurna, sering takut, sering goyah, sering gelisah
Tapi perjuangan adalah nama tengahku
Dan kelulusan… adalah mahkota yang kutenun dari luka dan cinta
Dibuat Oleh - prodi pba